Senin, 14 Mei 2012

struktur dan kimiawi kulit sapi


BAB I
PENDAHULUAN

Pemanfaatan kulit ternak /hewan untuk kepentingan manusia itu  berjalan searah dengan perkembangan peradaban manusia. Dari keseluruhan produk sampingan hasil pemotongan ternak, maka  kulit merupakan produk yang memiliki nilai ekonomis yang paling tinggi.  Berat kulit pada sapi, kambing  dan kerbau memiliki kisaran 7-10% dari berat tubuh.  Secara ekonomis kulit memiliki harga berkisar 10-15% dari harga ternak. 
 
Sejak masa prasejarah  pemanfaatan kulit telah dikenal oleh masyarakat.  Hal tersebut terbukti dari peninggalan tertulis maupun pahatan/relief pada batu yang menunjukkan bagaimana proses pengolahan kulit dan kegunaannya pada manusia sebagai pakaian serta rumah tenda dari bahan kulit (bangsa Indian).Di Semenanjung Asia terutama India dan China ditemukan  bukti tertulis.  Di Afrika khususnya Mesir ditemukan pakaian dari kulit yang dipakai untuk membungkus mummy.  Di Eropa, pengembaraan bangsa Moor telah membawa budayanya sampai Spanyol sehingga teknologi pengolahan kulit berkembang sampai negara-negara Eropa lainnya. Di Museum Berlin disimpan batu yang menggambarkan proses pengolahan kulit harimau.  Demikian pula di British Museum kini tersimpan pakaian dan sepatu dari kulit (mummy) dari masa prasejarah.  Perkembangan proses pengolahan kulit secara sederhana dan pemanfaatannya di Asia disebarkan ke Asia dan Afrika oleh Marcopolo.          

            Potensi hasil ikutan berupa kulit di Indonesia masih sangat besar, hal ini disebabkan masih sedikitnya industri besar yang mengelola secara intensif.  Kalaupun ada kapasitasnya belum mampu memenuhi permintaan pasar.  Sebagai contoh industri kulit hanya mampu menghasilkan 350.000.000 sqft/tahun sedangkan permintaan untuk industri alas kaki maupun untuk barang jadi sebesar 673.000.000 sqft/tahun sehingga setiap tahunnya  terjadi kekurangan 323.000.000 sqft.    

Sebelum era krisis moneter, pihak pemerintah dengan syarat tertentu masih mengizinkan industri-industri penyamakan kulit untuk mengimpor kulit mentah dan awetan dari luar negeri, dengan maksud untuk memenuhi kebutuhan bahan baku kulit dalam negeri yang sepenuhnya belum mencukupi. Namun demikian sejak dimulainya krisis moneter, pemerintah akhirnya mengeluarkan suatu kebijakan untuk melarang impor kulit mentah maupun kulit setengah jadi dari luar negeri dengan alasan tingginya harga dasar barang (naik + 300-400%) dan pajak impor yang harus ditanggung oleh importir akibat fluktuasi rupiah oleh mata uang asing.  Dengan langkah kebijakan tersebut para pengusaha dalam negeri tentunya harus menyediakan bahan mentah untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.  Masalah yang timbul, apakah mutu kulit mentah maupun kulit awetan yang dihasilkan oleh masyarakat di dalam negeri sudah memenuhi standar yang sesuai atau paling tidak telah mendekati standar kualitas yang telah ditetapkan .  Sebuah fenomena yang patut kita ingat bahwa pada saat industri perkulitan mengalami kejayaan pesat, ekspor kulit samak (leather) merupakan sumber devisa negara non migas selain kayu, tekstil dan elektronik.  Berdasarkan gambaran tersebut, tentunya banyak hal yang harus dikaji dan terpulang kepada, bagaimana perkembangan ilmu dan teknologi khususnya ilmu dan teknologi pengolahan kulit ke depan serta kualitas SDM peternakan yang dimiliki.  Pada bagian-bagian selanjutnya akan dikaji mengenai teknik penanganan dan pengolahan pada kulit.

1.1. Latar Belakang
Kulit merupakan organ tunggal tubuh paling berat, pada sapi sekitar 6-8%, dan domba 8-12%, dengan demikian kulit juga merupakan hasil ikutan ternak yang paling tinggi nilai ekonominya yaitu sekitar 59% dari nilai keseluruhan by-product yang dihasilkan oleh seekor ternak. Pada ternak hidup, kulit mempunyai banyak fungsi antyara lain sebagai alat perasa, pelindung jaringan di bawahnya, memberi bentuk, mengatur suhui tubuh, tempat sintesis vitamin D, alat gerak pada ular, alat pernapasan pada amfibi, dan tempat menyimpan cadangan energi terutama pada domba dan babi. Fungsi utama kulit adalah melindungi kerusakan dan infeksi mikroba jaringan yang ada di bawahnya. Setelah ternak dipotong, kulit akan kehilangan fungsinya, dan menjadi hasil ikutan yang akan segera turun kualitasnya bila tidak segera disamak atau diawetkan. Secara histologi, kulit tersusun dari tiga lapisan yaitu epidermis, dermis dan hipodermis. Epidermis merupakan bagian kulit paling atas tersusun dari sel epitel pipih kompleks, pada lapisan ini juga terdapat asesori epidermis seperti rambut, kelenjar minyak, kelenjar keringat, dan otot penegak rambut. Di bawahnya terletak lapisan dermis atau kulit jangat yang tersusun dari jaringan ikat padat. Pada lapisan paling bawah terdapat hipodermis yang tersusun dari jaringan ikat longgar, jaringan adiposa, dan sisa daging. Pada proses penyamakan, kulit jangat inilah yang akan disamak dan diubah menjadi kulit samak yang bersifat lentur, fleksibel, kuat dan tahan terhadap pengaruh cuaca dan serangan mikroba. Lapisan epidermis tersusun dari jaringan ikat keratin yang relatif tahan terhadap serangan bahan kimia maupun agen biologi (mikroba dan ensim) Pada kulit terdapat dua jenis keratin yaitu keratin lunak yang menyusun akar rambut dan lapisan epidermis bawah, dan keratin keras menyusun batang rambut. Keratin lunak mudah larut dan mudah diserang oleh ensim (misal alkalin protease), sedangkan keratin keras sangat tahan terhadap bahan kimia dan ensim kecuali sulfida dan keratinase. Lapisan epidermis harus dihilangkan sebelum disamak, biasanya menggunakan bahan kima kapur dan Na2S. Lapisan epidermis juga dapat dihilangkan secara ensimatis menggunakan sedikit kapur dan Na2S dan ensim alkalin protease atau keratinase. Lapisan hipodermis dibuang dari kulit secara mekanis pada proses buang daging (fleshing).Kulit segar tersusun dari 64% air, 33% protein, 2% lemak, 0,5% garam mineral dan 0,5% penyusun lainnya misalnya vitamin dan pigmen. komponen penyusun kulit terpenting adalah protein terutama protein kolagen. Protein kulit terdiri dari protein kolagen, keratin, elastin, albumin, globulin dan musin. Protein albumin, globulin dan musin larut dalam larutan garam dapur. Protein kolagen, keratin dan elastin tidak larut dalam air dan pelarut organik. Protein kolagen inilah yang akan direaksikan menjadi bahan penyamak kulit untuk menghasilkan kulit samak. Protein kolagen sangat menetukan mutu kulit samak.Kulit samak adalah kulit hewan yang telah diubah secara kimia guna menghasilkan bahan yang kuat, lentur, dan ntahan terhadap pembusukan. Hampir semua kulit samak diproduksi dari kulit sapi, domba dan kambing. Kadang-kadang kulit samak juga dihasilkan dari kulit kuda, babi, kangguru, rusa, reptil, lumba-lumba dan singa laut. Akhir-akhir ini kulit ikan kakap, kulit ikan pari dan ikan tuna juga telah disamak. Kulit samak digunakan untuk menghasilkan berbagai macam barang seperti sepatu, sendal, tas, ikat pinggang, koper,jaket, topi, jok mobil, sarung HP, dompet dan cindera mata seperti gantungan kunci. Barang kerajinan lain yang dihasilkan dari kulit mentah misalnya wayang kulit, hiasan dinding, kaligrafi,beduk, genderang, kendang, dan kipas. Kulit juga dapat digunakan untuk produksi krupuk kulit, gelatin dan lem kulit
1.2. Tujuan
Dalam makalah yang penulis bahas ,tujuan dari struktur dan kimiawi kulit sapi adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca dan penulis khususnya  dalam mengetahui struktur dan kimiawi kulit sapi pada makalah yang penulis tulis.


1.3. Kegunaan
Kegunaan dari kulit sapi itu sendiri pada umumnya berguna untuk tubuh kita sendiri dan juga berguna untuk jadikan usaha seperti makanan ringan (kerupuk kulit), bedug (alat musik) dan bahan olahan makanan lainnya.
























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kulit Sapi
Sapi banyak dikonsumsi masyarakat luas, kulitnya banyak dibutuhkan dalam industri kerajinan, karena kepadatan kulitnya yang memberikan kekuatan, ukurannya lebih lebar, tebal dan hasilnya lebih mengkilat. Bahkan bagian dalam kulit hasil split dapat diperdagangkan secara terpisah,misalnya untuk pakaian dalam yang tipis tetapi cukup kuat.
(http://dombafarm.wordpress.com/pasca-produksi/kulit/. Diakses pada tgl 29 april 2012)
2.2. Struktur Kulit Sapi
Struktur kulit ialah kondisi susunan serat kulit yang kosong atau padat, dan bukan mengenai tebal atau tipisnya lembaran kulit. Dengan kata lain, menilai kepadatan jaringan kulit menurut kondisi asal (belum tersentuh pengolahan). Struktur kulit dapat dibedakan menjadi lima kelompok berikut :
1. Kulit berstruktur baik
Kulit yang berstruktur baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Perbandingan antara berat, tebal, dan luasnya seimbang. Perbedaan tebal antara bagian croupon, leher, dan perut hanya sedikit, dan bagian-bagian tersebut permukaannya rata.
b. Kulit terasa padat (berisi)
2. Kulit berstruktur buntal (Gedrongen)
Kulit yang berstruktur buntal memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Kulit tampak tebal, bila dilihat dari perbandingan antara berat dengan luas permukaan kulitnya.
b. Perbedaan antara croupun, leher, dan perut hanya sedikit.
3. Kulit berstruktur cukup baik.
Kulit yang berstruktur cukup baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Kulit tidak begitu tebal, bila dilihat dari perbandingan antara berat dengan luas permukaan kulit.
b. Kulit berisi dan tebalnya merata
4. Kulit berstruktur kurang baik
Kulit yang berstruktur kurang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Bagian croupun dan perut agak tipis, sedangkan bagian leher cukup tebal.
b. Peralihan dari bagian kulit yang tebal ke bagian kulit yang tipis tampak begitu menyolok.
c. Luas bagian perut agak berlebihan, sehingga bagian croupun luasnya berkurang.
2.3. Kimiawi Kulit sapi
Komposisi kimia gelatin yang diambil dari tendon hewan terdiri dari 50,11% karbon, 6,56% hidrogen, 17,81%nitrogen, 25,26% oksigen, dan 0,26% sulfur [Winton, 1949]. Gelatin sebagian besar terdiri dari glysin, prolin, dan sisanya adalah 4-hidroksiprolin. Struktur tipikalnya adalah Ala-Gly-Pro-Arg-Gly-4 Hyp-Gly-Pro-. Gelatin terdiri dari banyak rantai polipeptida atau formasi helix-prolin panjang yang masing-masingnya terdiri dari 300-4000 asam amino. Larutan melalui transisi helix yang berliku-liku diikuti oleh penyatuan rantai-rantai helix dengan formasi kolagen seperti formasi helixprolin-triple/ hidroksiprolin yang memiliki banyak daerah simpangan. Interaksi silang (cross-links) secara kimia mampu merubah sifat gel, menggunakan transglutaminase (enzim) untuk menghubungkan lysine dan sisa glutamin [Chaplin, 2003]. Massa jenis gelatin adalah 1,35 gr/cm. Gelatin pecah (terdenaturasi) pada suhu di atas 80°C [Lab. Of Conjugated…, 2001].  Gelatin bersifat tidak berwarna, transparan, mampu menyerap air 5-10 kali bobotnya, membentuk gel pada suhu 3540°C dan larut dalam air panas, membengkak (swelling) dalam air dingin, dapat berubah secara reversible dari sol ke gel  [Imeson, 1992].
 (Anggraini, F. D. 2002. Pembuatan dan Karakterisasi Lapisan TiO  Sebagai Sensor Kelembaban. Skripsi-FMIPA. IPB. Bogor.diakses pada tanggal 29 april 2012)























BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Jenis – jenis Kulit
Berbagai macam kulit hewan baik sapi, kerbau, kambing dan domba pada dasarnya dapat dibuat menjadi kulit-kulit di bawah ini.
1. Full Grain/Full Top Grain Leather
Dikatakan demikian bila tidak diratakan atau tidak dihaluskan pada bagian atasnya. Jadi ketika bagian luar kulit secara utuh masih alami dipertahankan selama proses penyamakan dinamakan Full Grain Leather.
2. Corrected Grain Leather
Kulit yang memiliki permukaan tambahan/buatan yang diemboss ke dalamnya setelah dihaluskan lebih bagian luar kulit yang kurang bagus.
3. Nappa Leather
Mulanya hanya kulit domba yang dinamakan Nappa. Tetapi belakangan ini kata ‘Nappa’ menjadi istilah kulit lain yang berarti ‘lembut’ seperti kulit sapi Nappa.
4. Patched Leather
Setelah kulit disamak, dicelup dan melalui proses akhir (finishing) sesuai keinginan, pengrajin yang terlatih kemudian memilih kulit yang cocok dalam warna dan teksturnya. Masing-masing lembaran kulit kemudian dipotong dengan tangan ke dalam ukuran yang berbeda-beda, lalu dijahit ke dalam corak-corak berbentuk mosaik menjadi produk akhir yang berbeda dari lainnya.
5. Patent Leather
Ketika kulit sapi dikerjakan dengan bahan akhir yang protektif seperti cat acrylic atau bahan tahan air untuk memproduksi hasil akhir yang sangat mengkilap.
6. Nubuck Leather
Kulit aniline penuh yang telah dihaluskan/diratakan untuk menciptakan bintik (naps). Nubuck termasuk Top Grain Leather sehingga tak bisa dikategorikan sebagai Split atau Suede. Permukaan kulit aniline Nubuck disikat untuk menciptakan tekstur seperti beludru, sehingga seringkali dikira suede. Suede adalah bagian dalam dari potongan kulit, sedangkan Nubuck adalah efek yang timbul dari pengerjaan di bagian luar kulit.
7. Suede Leather
Ketika kulit di-finish melalui penghalusan dengan roda emory untuk menciptakan suatu permukaan yang berbintik (naps). Suede terbuat dari lapisan yang dipisahkan dari bagian top grain suatu kulit.
8. Pull-up Leather
Kulit yang memperlihatkan efek warna meretak bila kulit ditarik ketat. Kulit ini menggunakan bahan celup full aniline, dan sebagai tambahan memiliki sejenis minyak dan/atau wax aplikasi, yang menyebabkan warna menjadi terlihat lebih muda ketika kulit ditarik.
3.2.Fungsi Kulit pada Tubuh Sapi
Kulit (Integumentum Communae) menutupi seluruh permukaan badan, terdiri atas lapisan : epidermis dan suatu lapisan jaringan penyambung berupa dermis (korium) serta hipodermis (sub kutis) yang terdiri atas jaringan ikat longgar menghubungkan dermis dengan jaringan dibawahnya.
Fungsi kulit :
1. Membungkus serta melindungi tubuh hewan terhadap pengaruh luar yang merugikan.
2. Ikut mengatur suhu tubuh serta kadar air.
3. Membuang garam dan hasil metabolisme yang berlebihan.
4. Melindungi tubuh terhadap pengaruh fisik, kimia dan jasad renik kedalam tubuh.
Beberapa kelenjar kulit yang berperan dalam berbagai fungsi sekresi kulit, antara lain : Kelenjar Palit, Kelenjar Peluh, Kelenjar ambing dan kelenjar kulit khusus. Beberapa struktur yang merupakan turunan dari kulit adalah : rambut, bulu, kuku, tanduk, jengger, pial dan gelambir.
(http://penyamakan-kulit-kambing-sapi-kelinci.blogspot.com/Diakses pada tanggal 29 april 2012)

3.3. Struktur Kimia Kulit
Garam krom yang biasa digunakan untuk menyamak kulit berwarna hijau, berupa tepung yang basisitasnya 33% dengan kandungan krom tertentu. Sebagai contoh : chromosal B, chrometan B, baychrom A,chromosal SF,dan sacro R.
untuk menaikkan basisitas garam khrom, digunakan natrium karbonat (Na2CO3). untuk menaikkan basisitas 100 g Cr2O3 setinggi 1% diperlukan soda abu sebanyak 2,14 g. bila yang dimiliki garam khrom yang valensi Cr nya 6 untuk dapat digunakan sebagai bahan penyamak harus disusutkan terlebih dahulu, dengan direaksikan dengan bahan-bahan penyusut dalam suasana asam. bahan penyusut yang digunakan biasanya gula, molase, asam yang digunakan asam sulfat.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
8Na2Cr2O7+2AH2SO4+C12H22O11 -------> 16Cr.OH.SO4+8Na2SO4+27H2O+12CO2
Salah satu resep pembuatan penyamak bahan penyamak khrom dari garam bikarbonat sebagai berikut :
100 bagian kalium bikarbonat dan 100 air dicampur dengan 100 bagian asam sulfat 96%. Kemudian di larutan gula dibuat 25 bagian gula dan 75 bagian air, di aduk.
Pekerjaan ini harus dilakukan dengan alat yang tidak mudah teroksidasi dan bereaksi dengan asam sulfat. Mengerjakan harus hati-hati sebab reaksinya sangat keras, reaksi di anggap selesai bila semua Cr6+ sudah Cr3+
Cara Uji : Sedikit larutan khrom ditambah air asam sulfat encer, perhidrol dan sedikit ether bila menjadi ungu, berarti masih ada Cr6+.
Untuk memeriksa basisitas dari cairan khrom :
1. Periksa jumlah Cr secara yodometri
2. Periksa asam yang terikat pada Cr secara netralisir
a = ml N tio untuk periksa Cr secara yodometri
b = ml N NaOH untuk periksa asam yang terikat pada Cr sebab a-b adalah OH yang terikat pada Cr yaitu :
6OH (=2Cr)-4 OH (= 2 SO2)= 2 OH























BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan yang penulis tulis dapat disimpulkan bahwa karaktersistik struktur dan kimiawi dari kulit sapi berbeda dengan jenis kulit hewan lainnya kecuali kulit kerbau. Sapi banyak dikonsumsi masyarakat luas, kulitnya banyak dibutuhkan dalam industri kerajinan, karena kepadatan kulitnya yang memberikan kekuatan, ukurannya lebih lebar, tebal dan hasilnya lebih mengkilat. Dengan demikian harganya pun relatif lebih mahal. Bahkan bagian dalam kulit hasil split dapat diperdagangkan secara terpisah, misalnya untuk pakaian dalam yang tipis tetapi cukup kuat.
4.2. Saran
Dari hasil kesimpulan dan pembahasan yang penulis tulis , dapat disarankan bahwa struktur dan kimia kulit sapi berberda dengan kulit hewan lainnya ,oleh karena itu dalam pengolahannya perlu diperhatikan agar kulit sapi yang diolah sesuai dengan yang diharapkan, penullis juga berharap adanya saran yang membangun dalam pembuatan makalah ini agar dapat menambah wawasan bagi penulis khususnya dan pembaca lainnya.








 




DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, F. D. 2002. Pembuatan dan Karakterisasi Lapisan TiO  Sebagai Sensor Kelembaban. Skripsi-FMIPA. IPB. Bogor.diakses pada tanggal 29 april 2012
http://dombafarm.wordpress.com/pasca-produksi/kulit/ diakses pada tanggal 29 april 2012
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar